TUGAS 2
I.
Seandainya
para pemimpin kita mencintai sastra.
Seorang
pemimpin adalah panutan, acuan dan contoh bagi bawahannya. Seorang pemimpin
adalah manusia terpilih yang dipilih oleh TUHAN dan rakyat yang menaungi sebuah
kehidupan. Jika seorang pemimpin yang kita hormati
mencintai sastra khususnya sebuah karya sastra, maka bisa jadi sang pemimpin
itu bisa lebih memahami apa arti dari kehidupan, karena didalam karya sastra
pasti diselipkan sedikit tentang kehidupan entah itu bumbu kehidupan, problema
hidup atau ujian kehidupan dari TUHAN.
Sastra
adalah sebuah seni yang menyuguhkan sebuah eksotisme, etika, keajaiban,
kemulian dan arti dari kehidupan. Maka dari itu seorang pemimpin harus
mencintai sastra untuk memahami kehidupan. Dengan Sastra manusia dapat berkomunikasi
dengan alam kenyataan maupun alam fatamorgana sekalipun.
Dengan
sastra seorang manusia dapat menjujung tinggi sifat tenggang rasa, dimana
sastra dapat disuguhkan untuk kegiatan sosial, seperti karya sastra yang
berkolaborasi dengan pertunjukan wayang. Wayang merupakan sebuah seni etnic
yang dapat menjadi acuan manusia untuk bernostalgia atau sekedar menginat masa
lalu. Wayang juga merupakan ciri penggambaran dari kehidupan manusia dimasa
lalu bahkan dimasa sekarang.
Sangat
munafik jika ada manusia yang secara terang – terang mengatakan bahwa hidup ini
tidak selalu membutuhkan sentuhan Sastra. Berkomunikasi satu sama lain saja
sudah termasuk Sastra, karena inti dari sastra adalah bagaimana cara manusia
berkomunikasi dengan baik. Seorang pemimpin pun tidak terlepas dari yang namanya
Sastra. Orasi, demokrasi, kampanye dan semacamnya adalah Sastra yang sedang
membuming pada saat ini. Jika Sastra sampai langka atau bahkan musnah, bisa
dipastikan manusia akan mengalami zaman kebodohan seperti era 1000 tahun yang
lalu. Wallohualam....
No comments:
Post a Comment